BANJARMASIN – Berintegritas, berwawasan kebangsaan, berpikir kritis, dan memiliki kemampuan multitasking adalah empat komponen utama yang ditekankan kepada seluruh peserta Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
SJI yang merupakan sekolah jurnalisme keliling (mobile school) dibentuk oleh PWI Pusat di berbagai provinsi di Tanah Air.
SJI bahkan akan dikembangkan untuk pendidikan jurnalisme bagi wartawan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam Konfederasi Wartawan ASEAN (Confederation of ASEAN Journalists/CAJ).
PWI tergabung dalam CAJ, salah satu organisasi wartawan tertua di ASEAN, berdiri tahun 1975. Direktur SJI Ahmed Kurnia optimis SJI mampu melayani pendidikan untuk peningkatan kualitas wartawan di negara-negara ASEAN.
“SJI optimis, bisa bekerja sama dengan negara-negara ASEAN. Agustus 2024, kami akan sosialisasi model pendidikan yang diselenggarakan PWI di China. Kami sudah siap pergi ke China bersama tim,” tutur Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun beberapa waktu lalu di Semarang, Jawa Tengah.
Di Kalimantan Selatan
Kegiatan SJI-PWI bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI setelah menyelenggarakan pendidikan di Semarang, Jawa Tengah, bergerak di salah satu hotel di Banjarmasin pada 9-13 Juli 2024.
Ada 30 wartawan yang mengikuti sekolah ini. Mereka diseleksi dari 500 wartawan se-Banua (Kalimantan Selatan).
Rini Dwi Masmuda dari LPPL Abdi Persada berhasil menjadi peserta terbaik pertama, diikuti Puja Mandela dari interaksi.co sebagai peserta terbaik kedua.
Di posisi ketiga ada Muhammad Syahbani (bakabar.com), lalu Risma (Mata Banua) dan Devi Farah Diba (Kalimantan Post) mengikuti di belakangnya. Kepala SJI Kalimantan Selatan Toto Fachrudin dalam acara penutupan proses belajar-mengajar SJI, mengumumkan langsung nama-nama tersebut.
Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun, menutup SJI secara resmi setelah berlangsung selama empat hari. “PWI harus selalu the best! Selamat buat teman-teman,” katanya sebelum menutup SJI.
Sementara Ketua PWI Kalimantan Selatan (Kalsel) Zainal Helmie, tampak semringah. Ia benar-benar merasa bangga karena seluruh peserta SJI merupakan jurnalis-jurnalis yang berkualitas dan kompeten.
Helmie akan merancang SJI bergulir hingga kota-kota Kabupaten di Kalsel.
SJI di Kalsel mendatangkan banyak pengajar yang mumpuni. Para pemateri tak hanya berkompeten, tetapi juga memiliki seabreg pengalaman.
Hendry Ch Bangun mengajarkan materi tentang wawasan kebangsaan dan jurnalistik pada kelas SJI hari pertama. Lalu ada mantan wartawan Tempo yang juga Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat Marah Sakti Siregar yang mengajarkan filosofi wartawan, wartawan senior Fathurrahman mengajarkan tentang integritas, dan Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI Dr Agus Sudibyo yang membawakan materi soal Jurnalisme dan Pemanfaatan AI.
Kelas hari pertama ditutup dengan pemaparan Direktur SJI Ahmed Kurnia, yang banyak mengajarkan tentang teknik wawancara. Pada sesi ini secara khusus wartawan Najwa Shihab mengirimkan materi video wawancara untuk pembelajaran teknik wawancara.
Pada hari kedua, pakar komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana banyak memberikan motivasi dan materi rahasia mengembangkan jejaring. “Jejaring ini penting. Tidak mungkin berhasil, kalau wartawan tidak memiliki jejaring atau pergaulan luas,” kata Aqua.
Aqua bahkan memberikan banyak apresiasi. Salah satunya memberikan buku kepada peserta yang menonjol. Aqua juga berjanji memberikan tiket gratis pulang pergi Banjarmasin – Yogyakarta kepada peringkat pertama SJI Kalsel.
Setelah banyak mendengar motivasi dari Aqua Dwipayana, para peserta langsung digenjot dengan materi-materi yang disampaikan Kepala SJI Kalsel, Toto Fachrudin.
Toto menekankan pentingnya jurnalis memahami proses mencari, mengembangkan berita, termasuk membuat konstruksi berita.
Kelas hari kedua dengan materi berpikir kritis (critical thinking) yang disampaikan oleh Mohammad Nasir, wartawan Kompas (1989- 2018) yang juga Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, ada ada materi Bahasa Indonesia yang disampaikan oleh Khairul Jasmi (wartawan senior).
Di hari ketiga, Dhana Kencana dari IDN Times, Arbain Rambey sebagai fotografer senior, Adek Media Roza dari Direktur Eksekutif Katadata, dan Merdi Sofansyah, bergiliran memberikan materi.
Seluruh siswa SJI tetap bersemangat dan terus meneriakkan, “Pagi, pagi, pagi!” yang diajarkan Kepala SJI, Toto Fachrudin, meskipun matahari sudah tenggelam di ufuk barat.(*)