BANJARMASIN – Southeast Asia Freedom of Expression Network/SAFEnet — organisasi yang berjuang melindungi hak-hak digital warga. Membagikan ilmunya kepada 15 peserta kelompok kritis seperti aktivis, jurnalis, organisasi masyarakat sipil, media, dan lainnya di Kota Banjarmasin.
Selama dua hari Senin-Selasa (13-14/3/2023) peserta yang merupakan kelompok kritis yang rentan terhadap serangan digital ini. Lima pemateri SAFEnet yakni Anton Muhajir, Nike Andaru, Syaifulah, Diananta Putera Sumedi dan Princess Keket. Memberikan asupan materi keamanan digital pribadi dan cara menyelamatkan asset digital bagi kelompok kritis ini.
“Keamanan asset digital mesti diperjuangkan relevansinya bagi kehidupan sehari-hari, yakni hak mendapatkan rasa aman, kebebasan berekspresi dan akses internet,” tegas Anton Muhajir.
Anton menyebut, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman pentingnya keamanan holistik yang mencakup keamanan fisik, digital, dan psikososial.
Maraknya ujaran kebencian dan masifnya serangan digital mendasari pentingnya konsentrasi terhadap keamanan digital. “Siapapun ya, apalagi bagi orang-orang yang termasuk kelompok kritis,” ujar wartawan senior yang tinggal di Denpasar Bali ini. “Kenapa harus dibela? Karena ada pelanggaran hak digital,” katanya.
Kata Nike Andaru pelanggaran akses internet terjadi karena ada kesenjangan akses internet. Di kota besar seperti Jakarta masih ada blank spot, di Banjarmasin juga ada blank spot. Pelanggaran hak digital dasar juga terjadi terhadap kebebasan berekspresi yang kemudian dikaitkan dengan Undang-undang ITE.
“Akhirnya banyak organisasi masyarakat sipil mengadvokasi pemerintah merevisi UU tersebut. Adanya pengawasan oleh polisi virtual,” paparnya.
Bentuk serangannya itu, lanjut Nike bisa halus dan kasar. Misalnya pemancingan melalui pesan seperti email, DM dan lainnya. Kemudian penyadapan, juga peretasan. Pada kasus lainnya DDoS attack dengan membanjiri peladen target dengan bot sehingga tidak bisa akses. Ada juga Robocall yakni panggilan dari nomor tidak dikenal yang berulang-ulang, serta SMS Masking menggunakan teknologi canggih dengan pengiriman pesan atas nama target serangan.
Serangan halus seperti doxing yakni pengungkapan data-data pribadi target serangan untuk tujuan merusak nama baik atau menjatuhkan kredibilitas. Kemudian trolling dengan myerbu di kolom komentar. Selain itu melakukan impersonasi atau pembuatan akun tiruan target serangan, juga kriminalisasi. Berdasarkan laporan, WhatsApp, IG, website, telegram dll.
“Makanya begitu pentingnya keamanan digital. Orang tanpa menyadari asset digitalnya diserang. Padahal, bisa jadi serangan itu masuk dari kita. Jangan sampai kita sendiri menjadi celah untuk menyerang orang lain, apalagi menyerang diri kita sendiri,” paparnya.
Hal senada dikatakan Syaifulah, kontak di HP, data di email, dan media sosial menjadi sasaran untuk disalahgunakan orang lain. Untuk itu, strategi dasar yang bisa dilakukan, dengan menguragi jejak digital, mengendalikan data yang sudah diakses, melindungi aset dan identitas.
“Akses yang berharga kita yaitu akses kontak, jangan sampai kita memegang kontak orang lain malah menjadi celah untuk diserang,” katanya.
Strategi dasar lainnya yakni sembunyi dari pelacakan, pilih program dan aplikasi yang aman, dengan tidak menggunakan aplikasi bajakan dan pahami segala risiko aplikasi yang digunakan.
Definisi keamanan secara personal dan kontekstual masing-masing orang berbeda. Aman bagi si A belum tentu bagi di B. Namun, yang lebih baik mencegah dibanding pemulihkan. Maka, penting memahami dan mempelajari pembersihan perangkat, keamanan akun, dan keamanan komunikasi.
“Ketika terjadi baru sadar. Kita tidak tahu kemudian diretas. Mungkin saja kita bisa menguasai lagi akun kita, tetapi kita tidak pernah tahu apa yang sudah diambil dari akun kita,” katanya.
Sementara Anang Fadhilah salah satu peserta pelatihan SAFEnet menilai, penting banget untuk belajar digital savety. Melek digital harus dilakukan dan masyarakat meski tahu risikonya.
“Pelatihan ini begitu penting. Agar aktivitas digital kita aman termasuk untuk bertransaksi meskipun dengan risiko tinggi,” ujarnya.
Anang yang juga Ketua Serikat Media Siber Indonesia Kalsel ini berkata, penetrasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. 77% masyarakat telah terkoneksi internet dari jumlah penduduk sekitar 272 juta jiwa. Capaian tersebut bisa menjadi sasaran penipuan online, misalnya phising dengan tautan link hingga berujung pencurian data.
“Karena itu penting banget untuk belajar keamanan digital. SMSI Kalsel dalam waktu dekat menggelar kegiatan seperti yang dilakukan SAFEnet ini di Kota Banjarmasin,” katanya.
Keamanan digital sendiri memastikan agar segala aktivitas daring dan luring dapat dilakukan secara aman. Tak hanya mengamankan data yang dimiliki, namun juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia. Lebih jauh, aspek keamanan digital juga meliputi perangkat digital, identitas digital, dapat mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak.
Dalam hal security cyber, pastikan perangkat seperti laptop aman digunakan dari serangan malware dan ransome ware yang menyerang lewat virus hingga mengunci perangkat. Adapun untuk melindungi perangkat setiap pengguna harus melakukan proteksi perangkat keras dengan kata sandi, fingerprint authentification, face authentification.
ang